Terbang Saat Trimester Pertama Kehamilan

Dari awal saya mulai meniatkan bercerita soal kehamilan, saya sempat berpikir-pikir soal apa hal-hal yang perlu ditulis di blog dan apa yang nggak perlu. Hal-hal yang nggak perlu saya tulis maksud saya adalah hal yang general, nggak personal, dan tentunya yang saya nggak tau pasti betul atau tidaknya. Masalahnya kalau ditulis semua blog ini bisa-bisa berubah jadi bidanku.com :p Selain itu nggak semua pembaca blog ini ingin baca soal topik kehamilan melulu kan? Hehehe.

Salah satu topik yang sejak awal ingin saya tulis adalah soal terbang di trimester pertama kehamilan. Kenapa? Karena ini merupakan pengalaman pribadi saya dan saya cukup sering menulis soal tips dan trik traveling :p Saya juga ingin sharing karena sebelum mengalami sendiri, saya sibuk banget browsing-browsing soal naik pesawat di trimester pertama yang sangat krusial dan secara statistik masa yang paling rawan untuk terjadinya keguguran.

pregnancy-chart

Picture is taken from here

Sedikit cerita pendahuluan soal trimester pertama saya. Saya baru sadar saya hamil kira-kira di minggu ke-4 kehamilan, pertengahan-akhir Januari. Secara perhitungan, waktu hamil di minggu ke-2 saya terbang kembali ke Balikpapan setelah liburan akhir tahun di Bekasi. Waktu itu di kantor saya dan team sedang sibuk menyiapkan presentasi dari studi yang kami kerjakan. Karena belum sadar, saya banyak ngopi dan begadang di minggu-minggu pertama tersebut. Saya juga masih ikut kelas zumba dan naik turun tangga karena saya ngantor di lantai 3 tanpa lift. Pokoknya hampir semua pantangan-pantangan ibu hamil saya lakukan deh :’) Namun alhamdulillah, ternyata ‘rezeki’ kami ini kuat dan bertahan.

Masalah berikutnya adalah: saya dan suami sudah punya tiket untuk konser Bon Iver di Singapura untuk tanggal 26 Februari 2016, plus tiket pulang Singapura – Jakarta. Kalau dihitung-hitung usia kehamilan saya baru 9 minggu pada tanggal konser.

Bon Iver-flyer

Jreng!

Saya pun langsung tanya-tanya dan browsing soal terbang di trimester pertama ini, walaupun practically saya sudah terbang dari Jakarta-Balikpapan di minggu ke-2. Waktu tanya salah satu ke teman kantor, dia langsung bilang, “Wah, jangan, Put. Belum kuat itu.” Orang tua plus mertua juga khawatir dan meminta saya untuk membatalkan rencana nonton konser. Suami pun jadi ikutan ragu.

Namun demikian waktu browsing, semua sumber yang saya asumsikan terpercaya seperti Baby Centre, Parents.com, TheBump.com, Pregnancy.org, menyebutkan bahwa terbang di trimester pertama basically aman dan nggak meningkatkan resiko keguguran (yang memang besar di trimester pertama) selama si ibu:

  • Tidak mengalami morning sick / mual-mual yang terlalu mengganggu
  • Tidak dikategorikan hamil beresiko (misalnya pernah keguguran pada kehamilan sebelumnya)
  • Tidak ada tanda-tanda flek / bleeding
  • Konsultasi dengan obgyn karena kondisi kehamilan setiap orang berbeda, jadi selalu case by case

Waktu saya coba browsing lebih lanjut, ternyata makin bingung karena sampailah saya ke web-web Indonesia yang nggak begitu jelas kredibilitasnya, hingga berbagai forum mulai dari forum mommy-mommy bule sampai bunda-bunda Indonesia. Ada yang bernada santai, “Saya business trip 12x bolak balik selama hamil trimester pertama nggak apa-apa,” tapi ada juga beberapa yang menceritakan pengalamannya keguguran beberapa hari setelah terbang (walaupun memang penyebab kegugurannya bukan karena naik pesawat).

Sekitar tiga minggu sebelum hari H (week 6), saya konsul ke obgyn di Balikpapan. Ternyata beliau termasuk yang konservatif jadi melarang saya untuk pergi sebelum usia kandungan 14 minggu. JEDAR! :'( Lalu saya bilang bahwa saya sudah beli tiket dll, dll. Saya pun mengusulkan untuk konsultasi H-seminggu agar bisa melihat tren kondisi saya. Beliau pun setuju. Saya pun masih kekeuh cari second, third, sampai hundredth opinion kalau bisa :p Kenapa? Karena saya merasa kondisi saya baik dan feeling saya janinnya cukup kuat mengingat pola hidup saya di minggu-minggu awal kehamilan lumayan mengerikan dengan kopi hitam 3 – 4 kali sehari :’)

Ayah saya sempat tanya ke dokter kantornya yang bukan spesialis kandungan, menurut beliau boleh saja selama nggak morning sick. Bunda saya juga tanya ke obgynnya, menurut beliau boleh saja setelah 8 minggu. Poin saya di sini: setiap dokter punya pendapat yang beda-beda, namun semua kembali ke kondisi si ibu. Carilah pendapat dari beberapa obgyn yang kita percaya.

H-seminggu saya kembali konsul, namun ke obgyn yang berbeda karena si obgyn sebelumnya nggak praktek. Nggak tanggung-tanggung, hari itu saya ditemani orang dua ke 2 obgyn sekaligus. Ternyata keduanya membolehkan walau agak setengah hati. Saya diberi obat penguat berupa tablet yaitu Duphaston untuk diminum setiap hari dan obat penguat yang dimasukkan melalui vagina yaitu Cygest. Cygest ini dikonsumsi sekitar 45 menit menjelang take off.

duphaston-cygest

Akhirnya saya dan suami pun lancar ke Singapura 3 hari dan berhasil nonton Bon Iver :’)

Kalau dijumlahkan, saya terbang 4 kali selama trimester pertama (Jakarta-Balikpapan, Balikpapan-Singapura, Singapura-Jakarta, Jakarta-Balikpapan) dan 3 diantaranya sendirian. Di trimester kedua ini saya pun sudah terbang 5 kali, 4 kalinya juga sendirian. Alhamdulillah kondisi saya dan kandungan baik-baik saja, dan semoga terus baik :)

Ada beberapa tips dari saya mengenai terbang saat hamil terutama di trimester pertama:

  • Konsultasi ke obgyn sekitar seminggu sebelum terbang untuk memastikan kondisi badan dan kandungan.
  • Konsultasi apakah diperlukan penguat kandungan. Saya pribadi merasa lebih safe karena dapat obat penguat.
  • Jaga kondisi dan stamina sebelum terbang. Usahakan tidur cukup dan makan yang bergizi namun perut diusahakan jangan terlalu kenyang.
  • Jika bepergian sendirian, hindari membawa barang berat ke kabin agar nggak banyak mengangkat beban.
  • Gunakan pakaian yang nyaman namun tetap sediakan baju hangat.
  • Lapor ke maskapai penerbangan yang bersangkutan soal kehamilan kita saat check in.
  • Minta tempat duduk di aisle / gang agar mempermudah akses ke toilet.
  • Usahakan buat jarak antara satu penerbangan dengan penerbangan lainnya dan isilah dengan istirahat.
  • Berdoa sebelum take off dan landing :)

Selain tips-tips di atas, silakan mengecek link-link berikut:

Semoga bermanfaat :)

8 responses

  1. Hi Put… selamat yaa semoga sehat selalu. Tos dulu sesama bumil, gw juga lagi expecting dan masuk weeks 30 skrg :) mau sharing juga pengalaman terbang pas hamil. Pas weeks 7 terbang rute Stuttgart-Tokyo (transit di Istanbul) dan weeks 9 rute Tokyo-Stuttgart… alhamdulillah lancar aja dan sehat, bahkan dokter kandungan di Jerman kesannya “cuek” banget, katanya iya gpp terbang aja.. ga dikasih suplemen apa2.

    Trus kemarin week 26 terbang lagi Frankfurt-Jakarta (transit Dubai), 11 hari kemudian rute sebaliknya Jakarta-Frankfurt. Lagi2 dokter kandungan disini cuek banget.. surat terbang pun ga dikasih karena katanya “kamu sih bebas mau terbang.. toh kamu sehat, masih dibawah 30 minggu pula gausah pake surat dokter segala” :)) eh pas sampe Cengkareng mau lanjut terbang ke Lampung petugasnya melongo kenapa ada bumil mau terbang ga pake surat..sendirian pula :’) wakwaw

    Intinya tiap kehamilan beda2 yaa.. buat bumils yang kandungannya kuat harus syukur alhamdulillah banget :) dan intinya dokter kandungan di Jerman cuek bangeeeeettt alamak :))

    1. Diraaa, selamat jugaaa :D I know you’re expecting karena ngintip di Instagram x) Kyaaa… Seneng akhirnya dapet link blog barumuuu… Thanks for sharing… Dokter di Indonesia tuh emang suka terlalu hati-hati kayanya ya, jadi ambil selalu anggap semua kasus adalah worst case… pukul rata semuanya jadi bikin galau. Tapi bener, setiap kehamilan beda, dan bisa jadi tiap dokter beda juga pendapatnya :’))) Semoga temen2 yang galau mau terbang lebih pede setelah baca ceritamu yaa…

      *btw aku link ya blogmuh dengan alamat barunya :’))))*

  2. Putyy, aku termasuk yang slenge’an, hahaha. Aku inget banget hamil anak kedua ini test pack baru kasih positif tanggal 10 maret sementara aku udah harus terbang ke Korea (sendirian) karena tugas kantor tanggal 14 nya. Disana pun susah makan karena nyari yang halal nya susah (aku konservatif, haha), alhamdulillah, sehat2 aja sampe akhirnya ketemu obgyn pas 8 weeks. Sehat2 yaaa.

    1. Alhamdulillah ya Fann… Memang kalau rezeki insya Allah nggak kemana yaaa :D Semoga tambahan sharing ini manfaat buat para Ibu yang masih galau terbang :D Sehat-sehat juga yaaaaa x)

    2. Ibu fanny mau tanya2 saja waktu ke korea itu sdh usia kandunganx msuk di bulan brapa???
      Kebtulan sy bru tau klo lg hamil diminggu ini..dan 2 minggu depanx sdh ada tiket terbang ke korea..
      Mau minta tips2 dan saran2x saja trus persiapan yang harus dibawa saat terbang.
      Terima ksih..

  3. Dhanifitong Avatar
    Dhanifitong

    Mau tanya dong. Obgyn nya memberikan surat keterangan hamil nggak? Biar nggak discan pas lewat pintu masuk ke bandara itu.
    Saya dan istri berencana akan naik pesawat, saat usia kandungan istri saya sekitar 9 mingguan.
    Thanks

    1. Halo, kalau aku kemarin2 sih selalu ngescan kok kalau lewat bandara, hehe. Aman. Namun aku pernah minta surat obgyn juga, ya untuk jaga-jaga seandainya ditanya apakah fit untuk terbang atau enggak.

  4. haiii mbak puty dan mbak dira..aku juga ad rencana mau ke jepang sekitar bln april..dan di bln itu lg hamil krg dari 12 minggu..mgkn sekitar 10 mingguan nih..galau berangkat apa engga..
    tp pas dgr cerita kalian berdua jd yakin mau tetep berangkat..hahahaa…

Leave a Reply to DhanifitongCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.