Pekan ini jagat dunia maya kembali dihebohkan dengan berita skandal. Kali ini seorang aktor drama Korea yang terlibat kasus kekerasan seksual. Saya nggak kompeten untuk bicara banyak soal ekosistem K-drama dan industri hiburan di Korea Selatan, tapi dari yang saya tangkap, banyak sekali yang patah hati karena aktor ini talented dan bikin baper banyak orang. Begitu ada sisi yang selama ini tidak diketahui terungkap, ya heboh lah.
Walau saya bukan salah satu fansnya, tapi saya bisa memahami perasaan sedih, merasa ditipu dan dikhianati oleh idola. Saya sendiri termasuk orang yang gampang ngefans dan sekalinya ngefans gampang attached, terbawa emosi dan berujung beli merchandise, hahah. Menurut saya pribadi, ‘nggak lebay’ sih kalau ada yang merasa patah hati.
Sebetulnya, bukan rahasia kalau di balik sosok idola kita, selalu ada tim ‘public relation’ yang menjaga imagenya agar sesuai dengan harapan kita sebagai penggemar. Di baliknya, tentu ada motif ekonomi; ya supaya kita attached, sayang dan ‘beli’ produk-nya si idol; entah itu karya, merchandise, dst. Konsep yang sederhana tapi tentu nggak bisa kita lihat sebagai hitam-putih, karena kepentingan komersial nggak selalu artinya ‘evil’, bisa jadi kepentingan komersial ini membantu si idola menyebarkan gagasan dan value-nya ke lebih banyak orang.
Di sisi lain, semakin kita sayang dan emotionally invested ke seorang idola, semakin sakit hati kita saat dia ternyata tidak memenuhi ekspektasi kita. “Kok dia gitu sihhh? Padahal kan aku tau banget dia sehari-hari begini dan nggak begitu. Aku tau banget, kan aku selalu follow update-nya dia.“
Saya pikir ini ada hubungannya dengan kecenderungan kita, manusia, untuk:
- Mencari pola
- Lalu memproyeksikan ekspektasi kita terhadap sesuatu sehinggga ‘we only see what we want to see‘
- Kemudian merasa nggak nyaman kalau kita ternyata salah
Misalnya ada gambar seperti ini. Ketika kita tahu lebih sedikit, kita lebih terbuka terhadap berbagai kemungkinan.

Lalu ketika kita tahu lebih banyak, kita akan dapat gambaran seperti ini:

Jadi kita mulai punya gagasan bahwa gambar ini adalah…

Makin lama kita makin yakin bahwa ini adalah hamster bahkan mulai membayangkan versi berwarna dan bergeraknya di dalam pikiran kita.
Namun, alangkah kecewanya kalau ternyata yang dimaksud adalah:
*jeng jeng*

Kalau yang saya pelajari dari course ‘The Science of Everyday Thinking’-nya UQx di edX tahun lalu, ya memang wajar kalau kita berusaha ‘menerka-nerka’ atau mengisi ‘kekosongan data’ dengan memproyeksikan pengalaman dan pengetahuan yang kita punya. Misalnya, sedikit sekali yang kita tau soal kehidupan nyata seorang aktor / aktris; ya manusiawi saja kalau kita kemudian memproyeksikan apa yang kita tau: penampilannya di balik layar atau media sosial.
Menyadari fakta ini (that we know so little AND that little that we know is carefully curated and crafted) sebenarnya akan sangat membantu kita untuk realistis, berpikir objektif, adil dan nggak terlalu larut sampai sakit hati terhadap idola kita. Yah, namanya juga manusia.
But then again.
Sebagaimana ‘idola’ itu manusia, ‘fans’ juga manusia. Kita nggak selalu mampu dan mau berpikir rasional.
Saya juga paham kalau di masa seperti ini, harapan dan proyeksi kita akan idola adalah hal yang nyaman; and even that alone can be reason to live another day.
So I guess, let’s just embrace the facts that we are human. Idol bisa salah, fans juga bisa tergocek. Kita selalu membuat keputusan berdasarkan data yang kita punya dan ketika kita punya data baru, it’s okay to change our mind. Jangan takut jatuh cinta lagi, tapi nggak ada salahnya untuk mempersiapkan patah hati dengan lebih baik lagi :D

Sebagaimana yang saya tulis sebagai caption di post ini:
Aku kira juga aku terlatih, ternyata tertatih-tatih…..
5 Comments
Huwaaa tulisan yang bagus Kak! ?
Aku juga tipikal orang yang bisa attached ketika ngefans walau gak selalu. Aku sendiri ya sadar kalau idola itu manusia, bisa salah dan punya sisi gelap. Namun ya manusiawi ya kalau kecewa dan sedih kalau dia melakukan hal yang tidak sepantasnya, mirip lah sama orang yagh kita sayang di dunia nyata. Tentu ada perasaan sedih dan kecewa. Aku sendiri masih menyediakan waktu untuk berduka soal ini. Apalagi aku ngikutin KSH sejak di 2D1N juga huhu itu lebih bikin baper dari Kdrama karena kalo drama kan aku tau itu akting. Kalo varshow tuh lebih ke realiti jadi yahhh :’))
Sama ayah ibu kandung sendiri aja juga kita pasti pernah kecewa kak, hahah memang menggantungkan harapan itu baiknya ke Allah aja :)
Sama orang terdekat aja belum tentu kita tau semuanya apalagi yang nggak beneran kenal. Tapi kalo kecewa wajar banget, lebih baik diterima kalo kecewa daripada dilawan (dari pengalaman sih gitu). Setuju sama kalimat paling terakhir, siap jatuh cinta lagi, siap patah hati lagi :)
Aku pernah kayak gini Kak Puty, di tahun 2017 waktu Park Yooochun dan TOP Big Bang kena masalah. Sejak saat itu aku udah nggak mau lagi ngefans seperti sebelum 2017, udah mulai rasional aja mikirnya kalau public figure itu bisa jadi beda personality-nya di depan dan di belakang kamera. Jadi ngefansnya yang sewajarnya aja biar kalau ada apa-apa nggak berlarut-larut kecewa dan patah hatinya. :)
Aku udah ikutin ig kakak dari lama, suka karena gambar imutnya. Eh, ternyata punya blog. Aku sudah subscribe juga biar nggak ketinggalan. Aku suka tulisan panjang kayak begini. Tentu dilengkapi gambar imutz