Banyak sekali cara berpikir saya yang dipengaruhi oleh ayah saya yang memiliki latar belakang business performance specialist. Sederhananya, beliau adalah desainer KPI alias Key Performance Indicator. “If you can’t measure it, you can’t manage it.” Saya setuju dan menurut saya cara berpikir seperti ini membuat saya lebih logis dan objektif dalam menilai sesuatu.
“Lihat dong si anu, sukses banget sekarang, lebih sukses dari teman-temannya” Oke, dia ‘lebih sukses’, apa kriterianya?
“Wah bisnisnya makin maju nih, buka cabang baru terus.” Oke, apakah buka cabang terus adalah parameter yang tepat untuk bilang bisnisnya maju?
Dan seterusnya, dan seterusnya. Okay, I may sound like a party-pooper (well, I can be one, really, but I’ve always tried so hard not to I promise you.) tapi cara berpikir seperti ini sebetulnya sangat membantu saya untuk bisa menghargai diri dan pencapaian saya sendiri, sekecil apapun itu, dan melakukan perbaikan diri dengan ‘tepat’; nggak terlalu ngoyo tapi juga nggak terlalu santai.
Salah satu contoh praktek dari mindset ini adalah kebiasaan saya untuk membuat personal target dalam angka. Misalnya, ketika resolusi tahunan saya adalah hidup lebih sehat, saya membuat target angka ‘heart points’ di Google Fit serta secara melihat konsistensinya.

Okay I know you’re doing this right now, LOL:

Well, I know, and now you know why I’ve never been popular at school :’))))
But I do this quite a lot. Saya merekam berbagai angka dalam hidup saya, jumlah buku yang saya saya baca, jumlah konten yang saya post, audience growth, pemasukan & pengeluaran, serta beberapa hal lain. Nggak terlalu mendetail sampai jumlah jam sih, tapi lumayan lah untuk menjawab kalau ada yang nanya, “Duit dan waktu lo dipakai buat apa aja?” It also helps a lot for decision making.
Namun, saya sadar cara berpikir seperti ini juga memiliki potensi untuk membuat kita luput akan hal-hal penting yang tidak bisa diukur atau tercermin dari angka. Ya saya sadar karena kita kan manusia yang nggak bisa plek-plek di-treat sebagai perusahaan.
Tahun ini saya cukup banyak refleksi diri dan merasa saya bertumbuh; as a person dan mungkin sebagai kreator konten. Saya menjalankan rencana saya di awal 2021 bahwa saya ingin lebih selektif dalam memilih pekerjaan dan kegiatan non-pekerjaan; saya ingin mengalokasikan waktu dan energi saya untuk hal-hal yang lebih prioritas berdasarkan value dan tujuan hidup saya.
Secara angka ini berdampak pada jumlah konten dan karya yang saya buat juga pekerjaan yang saya ambil, tak lupa soal jumlah pemasukan. Secara angka, hal-hal yang tadi saya sebutkan mengalami penurunan kalau dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi mungkin inilah yang membuat saya merasa bertumbuh. Tahun ini saya banyak belajar, literally & figuratively. Tahun ini saya banyak bertanya, mendengarkan dan menemukan. Saya pikir tahun ini bukan tahun saya, but I don’t mean it in a bad way. Toh hidup saya kan memang bukan cuma tentang saya sendiri.
Sebenarnya saya bisa berargumentasi bahwa tahun ini I’ve been doing quite a lot for Buibu Baca Buku and there are a lot of numbers there. Namun saya pikir poin tulisan ini adalah menelusuri apa-apa yang lebih dalam dari angka.
Saya kenal teman-teman yang harus menutup bisnisnya karena pandemi, kehilangan pekerjaan atau aset, atau berpisah dari pasangan. Saya kenal teman-teman yang merasa stagnan dengan jumlah penjualan atau audiens, atau bahkan turun. Terlepas dari faktor yang ada di luar kontrol, rasanya tidak adil jika kita menganggap bahwa dalam kondisi seperti ini kita tidak bertumbuh. Penting sekali untuk mengingat adanya perbedaan konteks, bahwa we’re not just our business and we’re more than our ‘brand’; we’re beyond the numbers we measure.
Hal ini mungkin lebih relevan bagi teman-teman yang profesinya dekat sekali dengan kehidupan personalnya; bahkan menjadikan profesi sebagai identitas utama kita. Ya termasuk saya, tentu.
Tahun ini saya mencatat hal-hal yang lebih dalam dari apa-apa yang saya ukur.
Saya mengikhlaskan hubungan yang tidak lagi relevan untuk dipertahankan; saya bertumbuh.
Saya membuka pikiran dan hati untuk hobi dan kesukaan baru; saya bertumbuh.
Saya memahami tujuan dan prioritas saya dengan lebih baik; saya bertumbuh.
Saya potong poni dan merasa lebih mencintai diri saya; saya bertumbuh.
Saya berkenalan dengan teman-teman atau menemukan akun-akun baru yang memotivasi saya untuk lebih baik; saya bertumbuh.
Saya belajar memahami suatu isu yang kompleks dengan lebih komprehensif sehingga membuat saya lebih berhati-hati dalam beraksi; saya bertumbuh.
Saya mencintai orang-orang yang telah ada di hidup saya dengan lebih dalam dan bersungguh-sungguh; saya bertumbuh.
Saya lebih banyak ikut senang ketika melihat orang lain senang; saya bertumbuh.
Semoga menjelang akhir tahun ini teman-teman bisa mengambil jeda untuk mengevaluasi angka-angka yang ada dan memaknai apa-apa yang lebih dalam dari yang diukur. :)
*








***
2 Comments
Ini sama banget.Dari dulu punya banyak notebook buat nyatet semua pengeluaran sampe akhirnya sekarang catet di excel.
Baca ini jadi inget salah satu quote favorite dari buku Factfulness-Hans Rosling : “The world cannot be measured without numbers. But, the world cannot be understood with numbers alone”. Nice post!?
Wow terimakasih banyak sharingnya ??? keren ????