Gara-gara sharing plan of trip (berupa itinerary, budgeting plan, dll) ke Rahne (yang memang sangat hip di jagat maya), itinerary ke Jepang saya jadi diminta oleh hingga sepuluh orang di hari yang sama :P Surprised sih, tapi saya (dan orang-orang di sekitar saya) mengakui bahwa saya ini orangnya terencana-dan-detail banget. Tampaknya membuat rencana perjalanan adalah salah satu output bagusnya, hehe.
Sebetulnya saya sendiri belum banyak flashpacking ke luar negeri. Pertama kali saya merencanakan perjalanan adalah tahun lalu saat merencanakan Euro trip. Dalam enam hari saya bersama tiga teman saya mengarungi 5 kota (Oslo, Copenhagen, Amsterdam, Antwerpen, Brussels). Tidak maksimal dan capek di jalan, itu pasti. Maklum, pengalaman pertama dan waktunya memang sempit. Namun perencanaan perjalanan yang baik terbukti sangat berguna. Waktu itu yang ada di pikiran saya, “Ini winter, Brur, gawat kalau sampai nyasar lama-lama. Kedua, sayang sekali kalau ternyata sampai sana no-idea mau kemana dengan cara apa.” Syukurlah, berbekal rencana super detail dan improvisasi di hari-H akhirnya kami berhasil jalan-jalan tanpa tersesat dan pulang dengan sehat sentosa :P
Jadi saya akan berbagi tips & trik merencanakan perjalanan sebagai flashpacker. Flashpacker adalah orang yang melakukan flashpacking, dan flashpacking menurut Wikipedia adalah:
Flashpacking is a neologism used to refer to an affluent backpacker. Whereas backpacking is traditionally associated with budget travel and destinations that are relatively cheap, flashpacking has an association of more disposable income while traveling and has been defined simply as backpacking with a bigger budget.
Selamat  menyimak :)
1. Know what your destination(s) is famous for
Step ini adalah step yang paling exciting. List apa saja hal yang terkenal dari daerah tujuan kamu; landmark, museum, kuliner, dll. Misalnya Belanda dengan win molen atau Denmark dengan Danish cookies & pastriesnya (nyam!). Hal ini sebetulnya personal banget, misalnya waktu ke Oslo, saya keukeuh banget mau lihat lukisannya Edvard Munch. Untuk yang nggak berminat dengan seni rupa, mungkin ini nggak masuk ke dalam list. Oleh karena itu kalau perginya bareng-bareng, places of interest ini wajib didiskusikan. Oh iya, kalau nggak mencapai mufakat, jangan takut untuk jalan masing-masing selama stick with the main schedule.
Modal: Cita-cita, Wikipedia, Wikitravel
2. Know how to get around and get a map!
Setelah tau mau kemana, cari tau di mana letaknya! Berakrab-akrablah dengan GoogleMap. Membaca peta memang tidak dibiasakan untuk kita orang Indonesia yang tidak malu bertanya dan tidak segan menjawab, tapi ini penting untuk:
– Tau gambaran umum seberapa jauh tempat-tempat yang akan kita tuju
– Menentukan urutan berkunjung
– Memutuskan sebaiknya menginap di daerah mana
Kalau kamu pergi ke negara maju, nggak perlu takut tersesat. Biasanya rute, peta dan jadwal bus, subway, monorail, kereta semua sudah tersedia. Jangan buang waktu dengan menunggu sampai di sana baru tengok-tengok di stasiun atau halte. Googling lah rute dan jadwal sarana transportasi sebelum berangkat. Cari tahu, hostel dan tempat-tempat tujuan kita dekat dengan halte atau stasiun apa saja, dan berapa menit untuk menempuhnya untuk optimasi penyusunan jadwal.
Modal:
Rajin googling dengan kata kunci “How to get to ___” “How to go to ___ from ___”. It works!
– Untuk keliling Eropa dengan kereta api, coba cek ini. Tinggal masukkan keberangkatan, tujuan, tanggal, tadaaa!
– Untuk Jepang, cek hyperdia.com
– Cantumkan itu di sebuah sheet, seperti ini:
– Bagusnya sih tetap bikin Plan-B seandainya kamu ketinggalan jadwal Plan-A. (Maklum, orang Indonesia kan suka ngaret :P)
3. Choose hostels with destinations as your main consideration
Untuk para backpacker dan flashpacker pasti sudah akrab dengan youth hostels. Untuk kamu yang masih bingung mau menginap di mana, memilih hostel itu semudah membuka hostelbookers.com atau hostelworld.com kemudian memilih negara serta kota tujuan kamu. Nah, kalau kamu sudah mengikuti langkah 1 dan 2, akan lebih mudah memilih hostel dengan lokasi paling sesuai. Selain mengoptimalkan waktu, akan pengaruh juga ke budget transportasi.
Oh iya, personally, selain lokasi yg juga saya pertimbangkan dalam memilih hostel adalah rating keamanan dan kenyamanan yang direkomendasikan orang-orang yang pernah menginap di sana. Ketersediaan female dorm juga penting banget untuk saya.
Biasanya setelah memutuskan mau menginap dimana, saya akan melakukan reservasi, lalu membuat listnya dalam sebuah sheet terpisah kemudian saya beri link ke halaman hostel yang bersangkutan.
4. Know your budget. Survey pasaran harga di sana. Buat currency converter sederhana di excel.
Budgeting adalah langkah yang paling bikin deg-degan :)) Pernah denger kan “Half the clothes and twice the money?” Well, ada betulnya dan ada nggak betulnya juga sih. Bawa uang kurang bisa bikin gigit jari, sementara terlalu banyak disediakan pun bisa membuat kita boros dan malah berhenti di tempat belanja terlalu lama (it happened to me!)
a. Saya mengelompokkan rencana pengeluaran menjadi: 1. Penginapan 2. Makan 3. Transport 4. Sightseeing. Itu bisa dibreak-down per-day. Sementara untuk belanja dan beli oleh-oleh biasanya saya akumulasi: pokoknya untuk belanja sekian.
b. Rencana pengeluaran tersebut saya buat berdasarkan survey. Untuk makan, coba cek wikitravel, selalu ada penjelasan soal range pengeluaran untuk makan sesuai kondisi kantong: on budget, medium atau splurge. Nah, menjalankan point 1 dan 2 dapat membantu memperkirakan budgeting transport dan biaya tiket masuk places of interests.
5. Tentukan rute perjalanan optimal.
Setelah tau mau ke mana saja, mau menginap di mana, berapa uang yang akan dihabiskan, barulah buat rute perjalanan yang optimal. Misalnya hari pertama merambah ke barat dahulu, kemudian hari kedua ke bagian selatan, dst. Beberapa hal berikut sebaiknya kamu pertimbangkan:
a. Siang dan malam. Ada tempat-tempat yang bagus dikunjungi di siang hari, ada yang tetap oke dikunjungi di malam hari. Saran saya, kalau kamu suka belanja, pergilah ke mall di malam hari, sementara siangnya dimanfaatkan untuk ke museum atau tempat-tempat yang jam bukanya tertentu.
b. Stamina kamu. Jangan forsir tenaga seharian penuh. Ketika pagi-pagi sudah jalan kaki dan banyak mengeluarkan tenaga, malamnya lebih baik bersantai ala daerah tersebut, wisata kuliner atau nonton pementasan kebudayaan (contohnya: Siam Niramit di Thailand).
c. Hari-hari tutup / libur dari tempat yang akan kita kunjungi, juga masa-masa crowded-nya. Ini dapat berpengaruh juga ke harga tiket masuk di beberapa tempat.
d. Transportation availability. Perhatikan jadwal transportasi pertama dan terakhir. Jangan sampai pada malam hari kamu membuat agenda pergi ke tempat yang jauh, kemudian ditinggal kereta terakhir. Saran saya, pagi-pagi pergilah ke tempat yang jauh (mumpung masih semangat!), kemudian bergerak mendekat ke arah penginapan. Dengan demikian perjalanan pulang ke penginapan tidak akan terlalu melelahkan.
6. Susun itinerary berupa time table.
Langkah ini adalah hasil akhir dari semua langkah sebelumnya. Artinya ini dibuat berdasarkan perencanaan dan perhitungan yang optimal. Karena saya orangnya detail, jadi saya buat per-6 jam, hehehe. Ini contohnya:
The last but not the least, jangan malas untuk browsing atau koresponden dengan orang-orang yang sudah berpengalaman ke sana atau bahkan tinggal di sana. As for me, merencanakan perjalanan is a part of the whole fun. :)
Oke, sekian dulu post super panjang ini. Mudah-mudahan berguna :)
—–
Dedicated to Naya, Lala, dan Dinda.
It’s been a year, and I still miss our trip.
I simply miss you guys :)
Leave a Reply to AtriCancel reply