Setiap mengajak Antariksa jalan-jalan, saya hampir selalu dapat komentar bernada kurang lebih, “Wah, sayang ya anaknya diajak jalan-jalan ke luar negeri padahal kan belum ngerti.” Saya sama sekali nggak tersinggung ataupun ingin membela diri, karena kalau dipikir-pikir ada betulnya juga sih. Betul memang anaknya belum mengerti :p #mamakopenminded #cieee
Saya dan suami memang sudah beberapa kali mengajak Antariksa jalan-jalan ke luar kota maupun luar negeri sejak umurnya 3 bulan. Dari semua pengalaman tersebut terbukti kalau memang Antariksa lah yang mengantar kami jalan-jalan, bukan kami yang mengantar dia, HAHAHAHA :’))) Bagi Antariksa, pohon-pohonan di Bekasi dan di Paris mungkin terlihat sama. Rusa di Bogor dan di Nara nggak ada bedanya. Kerikil di jalanan depan rumah ataupun di Istana Osaka ya sarua keneh. Ikan di aquarium tetangga juga semenyenangkan yang di S.E.A Aquarium.
Nah, tapi kan yang penting buat bapak ibunya beda. :’)))))))))
Yup, jadi menurut saya yang juga didasari oleh pengalaman pribadi, pada setiap masa / fase tumbuh kembang anak, ada tantangan dan plus minusnya masing-masing untuk diajak jalan-jalan. Misalnya nih, walaupun anaknya belum ngerti, tapi kalau jalan-jalan sebelum umur 2 tahun kan bayarnya tiket infant ajah :’) Kalau mau tunggu anaknya ngerti, bisa jadi keburu sudah ada adiknya. Kalau mau tunggu adiknya ngerti, keburu nanti kakaknya harus nunggu liburan sekolah. Nunggu kakaknya liburan sekolah, eh baru sadar bayar tiket harus dikali 4, harga peak season pula :’)))
Berdasarkan pengalaman pribadi saya, berikut beberapa tantangan dan plus minus mengajak anak jalan-jalan jauh pada:
Umur <6 bulan
+ Masih ASI / PASI eksklusif jadi kalau saya yang menyusui langsung cuma memikirkan baju menyusui mana yang kece. Kalau penerbangan jarak jauh pun bayi masih bisa masuk basinet. Bayi juga masih lebih banyak tidur dan belum protes kalau ditaruh di stroller. Bayi juga kalau digendong-gendong masih relatif ringan.
– Bawaan harus banyak: meliputi berbagai baju ganti, bawa selimut, obat-obatan, bak mandi yang bisa dilipat, dst, dst, stroller pun harus yang besar karena belum bisa posisi duduk. Mobilitas sangat terbatas karena ada perasaan kalau si bayi masih ‘rentan’ banget, takut posisinya nggak nyaman lah, takut masuk angin lah, dll, jadi jangan mikir bisa jalan sampai malam ya :D
Baca juga: Tips,Trik & Packing List Traveling Bersama Bayi <6 Bulan
Umur 6 bulan – 1 tahun
+ Ibu-ibu biasanya sudah lebih percaya diri dan lebih tau pola makan, tidur, anaknya. Orang tua juga sudah lebih nyaman memangku, menggendong, dst karena rasanya nggak se-‘fragile’ dulu sebelum 6 bulan. Packing baju dan peralatan juga nggak sebanyak dulu karena sudah tau mana hal-hal yang harus dibawa dan mana yang kalau dibawa pun nggak akan kepakai. Sudah bisa pakai stroller ringan seperti Pockit.
– RIBET mikirin MPASI (Makanan Pendamping ASI) banget. Bawaan ujung-ujungnya tetap banyak karena harus ya itu tadi, memikirkan MPASI, jadi biasanya ibu-ibu akan bawa alat masak atau minimal slow cooker. Sudah bisa protes kalau nggak betah di stroller daaaann sudah mulai berat kalau harus digendong :”)
Umur >1 tahun – 2 tahun
+ Sudah lebih ngerti sedikit-sedikit. Anak juga sudah mulai ekspresif jadi begitu dia senang, kita ikutan senang :3 Makanan sudah bisa makanan keluarga, jadi nggak perlu agenda khusus untuk masak dan kalau anaknya kooperatif malahan bisa makan bareng. Barang bawaan lebih sedikit dan lebih santai.
– Nggak bisa diem, rusuh kesana kemari. Di pesawat pun harus pintar-pintar jaga mood anak supaya nggak cranky. Kalau masih mau pakai tiket infant, harus dipangku selama penerbangan daaann lumayan pegel yaaa ternyataaa, sekalipun menggunakan full-board flight. Harus rajin kejar-kejaran dan mata nggak boleh meleng karena sedang masa eksplorasi kesana kemari. BERAT SIS KALAU UDAH NGAMBEK DAN KITA HARUS GENDONG~
Umur >2 tahun
– Udah bayar tiket dong sis :’)
Hehehe, berhubung belum mengalami >2 tahun, jadi saya belum bisa sharing. Namun kalau berdasarkan ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu lain, kalau anaknya sudah mengerti dan sudah bisa negosiasi ya kita sebagai orang tua harus ngalah dalam memilih destinasi wisata dan nggak boleh sakit hati kalau si anak lebih senang di hotel daripada ikutan jalan-jalan, huhuhu. Selain itu, untuk yang berencana ke Jepang bersama anak yang sudah mengerti konsep ‘beli mainan’, WASPADALAH, WASPADALAH~~~ :’))))
Intinya yaaa, jalan-jalan saja kalau memang mau dan segala sesuatunya sudah dipertimbangkan baik-baik, mulai dari segi finansial sampai……… kekuatan otot tangan dan kaki orang tua untuk gendong-gendong anak sambil jalan-jalan keliling kota :’)
Begitu dulu dari saya, semoga bermanfaat untuk para orang tua yang sedang galau ingin liburan.
Cheers!
Leave a Reply