Going Big or Taking It Slow

going big or taking it slow

Untuk teman-teman yang sudah baca tulisan saya soal ‘Jack of All Trades‘ (lagi) kemarin, mungkin kebayang betapa nggak jelasnya ritme kerjaan saya sehari-hari. Kalau ditanya sih, dari sekian jenis pekerjaan yang lakukan, tentu ada yang jadi favorit saya. Salah satunya: bikin buku. Unfortunately, often the ones that really pay the bills are the least enjoyable ones :p

Kembali ke soal beragamnya jenis pekerjaan. Kalau saya ngobrol-ngobrol semi curhat ke teman, beberapa menyarankan untuk mulai bikin tim, rekrut partner kerja atau anak buah. Biar bagaimana pun juga banyak hal yang sebetulnya administratif tapi ternyata makan waktu juga, bahkan sesederhana balas email atau jawab pesan teks. Lebih dari itu, kalau memang saya bisa merekrut anggota tim, mungkin saya bisa mulai aktif menjalankan ‘Fat Bunny’ lagi.

Namun banyak banget keraguan di diri saya. Salah satunya (dan yang paling utama) adalah soal pembagian waktu untuk keluarga. Saat ini saya sudah merasa kalau saya lebih sibuk dari yang saya rencanakan waktu memutuskan menjadi Working at Home Mom dulu. Mungkin ada yang berpikir, “Loh, kan justru kalau rekrut tim artinya bisa punya waktu luang lebih banyak untuk keluarga? Bukannya work load harusnya jadi terbagi dan mestinya berkurang?”

Kalau ada hal yang saya sadari seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan terus berkejaran dan nggak akan pernah punya waktu luang yang cukup. Dari zaman dulu kita menulis pakai mesin tik, sampai sekarang semuanya serba cepat di internet, apakah manusia lantas jadi lebih santai dan punya lebih banyak waktu luang? Ya, tapi waktu yang dihemat tersebut akan digunakan untuk pekerjaan baru.

Hal ini yang saya yakini akan terjadi kepada saya. Saya merasa takut apa yang jadi cita-cita saya: menciptakan keseimbangan antara berkarya dan memberi perhatian kepada anak (terutama di 5 tahun pertamanya) malahan nggak tercapai. Saya tau banyak wanita hebat yang di luar sana yang jauh lebih sibuk dengan karya yang lebih besar namun tetap dapat memberi yang terbaik bagi keluarga mereka. Namun saya bukan mereka.

Mungkin belum, mungkin kelak… akan, suatu saat nanti. Namun saya rasa saat ini saya merasa masih harus bertanya, “Why do I want to go big?” ketimbang, “How do I go big?”

Saya rasa saat ini saya masih harus bilang, “I get it but I’m taking it slow.”

:)

5 responses

  1. feni feni Avatar
    feni feni

    semangat ya Puuuttt :) semoga selalu bahagia apapun keputusan karirmu yaah~ luv luuuuvvv

  2. nike prima Avatar
    nike prima

    put paham banget sepaham-pahamnya. hahaha. tapi satu sih put, ga ada yang salah dengan apapun keputusanmu. masing-masing butuh komitmen, namun masing-masing punya solusi kok asalkan kamu melakukannya dengan niat baik (dan aku percaya itu). aku sering banget dulu ngerasa kayak gitu..aslik. tapi alhamdulillah, orang sekitarku, termasuk baba ya selalu bilang, kalo tujuan kita jelas..solusi2 dari kondisi yang ngehambat kita itu pasti bisa dicari kok. pasti bisa diusahakan. i know that we should do things mindfully, but we should never forget our purposes. purposes give us strength and motivation that we need to endure.

  3. Bener banget. Sekarang rasanya semua begitu cepat dan dengan makin ramenya informasi dan segala hal jadi bingung sendiri sebenernya mau apa. Aku juga termasuk yang Jack of All Trades versi yang paling amatir jadi ngerasa related banget :’)

  4. Unfortunately, often the ones that really pay the bills are the least enjoyable ones — Very true hehehe

    Kita akan pernah sempurna sesuai dengan byang kita impian tapi yang terbaik adalah yang berusaha yang terbaik dan sepenuh hati, Workd hard for sure but dont forget enjoy Your life.

  5. I know that feeling. Now, i’m taking it slow too. Mungkin ada saatnya, bisa lebih memprioritaskan kerjaan ketika anak anak udah sekolah nanti.
    Yang penting tetep produktif & konsisten. Semangat !

Leave a Reply to nike primaCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.